TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal mengatakan ancaman resesi tidak hanya mengancam negara-negara maju, tetapi juga negara-negara berkembang.
Ia pun memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 akan terkontraksi hingga kisaran minus 1,5 persen. "Namun, jika angka kasus baru Covid-19 terus meningkat sepanjang tahun ini dan pemerintah kembali memberlakukan PSBB, maka CORE memperkirakan kontraksi ekonomi Indonesia bisa mencapai minus 3 persen," kata dia saat diskusi virtual, Selasa, 21 Juli 2020
Lembaga internasional juga kerap merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Terakhir pada Juni 2020, IMF dan World Bank memproyeksikan ekonomi global akan kontraksi sebesar masing-masing minus 4,9 persen dan minus 5,2 persen, sementara OECD memproyeksi lebih dalam yaitu minus 6 persen.
Mengacu pada proyeksi tersebut, Faisal mengatakan penurunan ekonomi global tahun ini merupakan kontraksi yang terdalam sejak Perang Dunia II. "Namun, ketidakpastian mengenai rentang waktu dan intensitas pandemi ini berpotensi mengerek ekonomi global turun lebih dalam," tuturnya.
Faisal menuturkan, saat ini negara yang sudah mulai kembali pulih adalah Cina. Namun, menurutnya pemulihan global baru akan terjadi jika pandemi Covid-19 tertangani secara meluas, tidak hanya di beberapa negara.